Senin, 06 Desember 2010

KIDUNG satu NADA

KIDUNG SATU NADA
Memang sedikit aneh  kalimat (baca: Judul) di atas, tapi itu lah kalimat yang pas untuk menggambarkan suatu ungkapan kebanggan terhadap kekurangan yang kadang dianggap sebagai kelebihan.
Hidup bagaikan nada dalam music, selalu membutuhkan pengulangan  nada-nada baru agar menghasilkan irama yang bagus (Mario Teguh). Begitu juga dalam hidup, orang yang hidupnya baik, adalah orang mengulangi sesuatu yang baik, begitu juga orang yang tidak berguna, karena mereka selalu melakukan hal-hal yang tidak berguna, karena hidup adalah pengulangan.
Oke dulur-dulur sadayana…, semoga cerita ini bisa memberikan insprirasi kalian dalam memandang kehidupan!! Ada apa dibalik kidung satu nada ini ????
Kidung adalah nama salah seorang mahasiswa disalah satu Universitas Negri di Bandung. Dia mempunyai seorang kekasih yang pernah ia sakiti beberapa tahun silam, suatu hari kidung ingin memberikan kejutan kepada kekasihnya itu, tapi ia bingung apa yang harus ia berikan sebagai kejutan itu, sampai akhirnya ia memutuskan untuk membeli sebuah biola, karena ia tahu kekasihnya itu sangat senang sekali musik.
Ada sebuah ungkapan  bagaikan keledai membawa kitab suci”, itu lah ungkapan bagi seorang kidung saat ini, demi membahagiakan kekasihnya kidung membeli sebuah biola dan ternyata ia sama sekali tidak pandai memainkannya…,
Ketika kidung bertemu dengan kekasihnya, tanpa dikomando ia menunjukan apa yang baru saja ia miliki, dengan bangga dia memulai menggesekan biola tersebut.., sungguh luar biasa… gesekan biola tersebut menghasilkan bunyi yang sangat indah dan pada hari itu kekasihnya senang dan bahagia..
2-3 hari berikutnya, kekasihnya mulai bosan!!! Kidung hanya bisa menggesek biola tersebut dengan gesekan dan nada yang sama setiap harinya. Kekasihnya mulai memberikan saran agar kidung ikut kursus or Les Biola, tapi kidung mengelak dan menyatakan bahwa apa yang ia mainkan dari gesekan biola tersebut merupakan suatu maha karya yang begitu indah tanpa ia mengetahui orang sekitarnya begitu terusik dengan mahakaryanya itu..
Kisah “kidung satu nada itu” merupakan sebuah refleksi kehidupan kita yang hanya memiliki “satu nada” dalam mengahadapi perjalanan hidup ini,.. kita hanya tau kebenaran dan kebaikan versi diri kita sendiri.
Apalagi banyak orang tua, yang selalu mengengkendaki anaknya itu seperti apa yang orang tua inginkan, padahal jelas sekali apa yang diungkapkan ‘Om Gibran, “anak mu itu bukan anak mu… ia adalah anak panah yang keluar dari busurnya menuju zaman’nya”.

Sebenarnya banyak sekali realita di sekitar yang menunjukan ketidak bijakkan kita menghadapi kehidupan… , lagi-lagi karena kita hanya mempunyai satu nada yang kita anggap selalu benar menurut ego kita… so.. cari lan nada-nada baru yang membuat orang nyaman di dekat kita…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar